Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Berita UtamaOpini

Di Balik Palu Pandemi, Kan Muncul Kematian Massal

203
×

Di Balik Palu Pandemi, Kan Muncul Kematian Massal

Sebarkan artikel ini

By: Aiman Ambarita

SUMUT, RELASIPUBLIK – Kabar duka Pandemi belum juga redah. Usaha Pemerintah terus berupaya yakinkan masyarakat agar tetap kuat melawan bencana non alam mematikan dari negeri tirai bambu.

Pakai masker, jauhi kerumunan dan jaga pola hidup sehat menjadi seruan bersama hentikan penyebaran Corona Virus.

Ekonomi pun terus melorot pasca terbatasnya ruang bagi roda aktivitas. Gempar semburkan takut dimana-mana. Apa lagi sudah telan korban jiwa.

Beragam tafsiran pun mulai mengalir, covid dinilai isu dagang dan politik juga Virus mengerikan.

Gaduh semangkin menyeruak.

Begitu juga dengan bantuan Pemerintah menopang ekonomi warganya dinilai meleset sasaran.

Hingga puncaknya terbit aturan “Tangkap mereka si pengundang Covid”. Cerita itu bak film usang, hindari kerumunan kini malah kumpul massal.

Siapa salah dan benar menjadi tak penting lagi. Karena Covid tengah mengintai mangsa.

Tak menahu pasti dibalik alasan. DPR tetap melanjutkan pengesahan UU Ciptaker Omnibus Law sesaat Pandemi belum berujung. Tanggal 5 Oktober pun mengawali gaduh baru.

Hindari kerumunan kini berubah gelombang aksi penolakan.

Unjuk rasa besar-besaran bukanlah kali pertama. Tiap kebijakan pasti ada pihak berdiri di titik Pro dan Kontra. UU Ciptaker apa lagi!

Gelombang penolakan ini sudah muncul sejak pembahasan RUU. Kala itu peserta demo menuntut pembahasan dihentikan.

Pertanyaannya mengapa tetap dilanjutkan?

Arah kebijakan tentu melalui penggodokan matang, mereka para dewan terhormat yang lebih tahu.

Namun saat ini mental belum pulih dari takut Pandemi.

Pemerintah bertahan berarti siap-siap menggali kuburan massal bagi warganya.

Karna unjuk rasa nekat terobos prokes, dan berpeluang bawa oleh-oleh mematikan untuk keluarga dan tetangganya.

Berkata benteng, pertahanan Nasional tentu sangat kokoh bendung gelombang massa. Tapi virus mematikan Covid-19, siapa bentengnya?

Hentikan atau Lanjutkan, kini tergantung hati peduli. Sekali lagi bukan bercerita salah dan benar!

Dan ….
Sebelum mengakhiri, kutitipkan kata pesan, “Wahai pemimpinku, carilah cara agar saudara-saudara kami di jalanan itu tidak menjadi klaster pencabut nyawa.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *