Medan //relasipublik.com- Untuk yang beragama kristen, tradisi mencari telur paskah diadakan pada Minggu pagi menjelang kebangkitan Tuhan Yesus pada hari ketiga yaitu Minggu pagi setelah kematiannya. Beberapa gereja mengadakan perburuan telur Paskah, tetapi ada juga yang tidak. Penyelenggaraan acara ini tergantung pada tradisi dan preferensi masing-masing gereja.
Ket-Pawai Jalan Salib, Minggu 20 April 2025.(Dok.Ronald Sihombing)
Demikian halnya di gereja HKBP Seiputih, taridisi mencari telur paskah oleh anak anak sekolah Minggu yang diasuh dan dipandu oleh guru sekolah Minggu. Sedangkan sebelumnya juga diadakan pawai Obor dan pawai ‘JALAN SALIB ‘ yang dilakukan oleh anak sekolah Minggu serta anak remaja) dewasa (naposobulung) dengan berjalan kaki.
Dalam pawai Obor dan jalan Salib tersebut startnya mulai dari gereja dijalan Rantang terus mengarah kejalan mesjid tujuan Jalan cangkir terus memutar kejalan ayahanda, Gatot Subroto, lalu belok kejalan mesjid dan kembali ke gereja kurang lebih 2 KM.
Dalam pawai obor tersebut ada tiga salib yang diarak secara teaterikal. Seluruh arakan dikuti oleh sekitar kurang lebih lima ratus orang yang didominasi anak anak yang memakai kaos seragam yang berwarna pink disertai para pendamping atau orang tua masing.
Terlihat Pendeta C.Silitonga STh dan pendeta J.Sitorus MSI Teol ikut berjalan kaki serta beberapa orang Sintua gereja dengan serius mengikuti arak arakan jalan salib tersebut.
Dalam mencari telur paskah ini, peserta yang dibagi kedalam beberapa tim, kategori usia dan jenis kelamin peserta, serta pemenang ditentukan berdasarkan siapa yang paling banyak menemukan telur paskah, biasanya telur telur diletakkan disudut yang paling mustahil dan susah ditemukan.
Kegiatan yang dimulai sejak subuh dilingkungan gereja di Jalan Rantang lorong Gereja, kelurahan Seiputih tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Sumut pada Minggu (20/4/2025) dimulai sekitar Jam 4.30 dini hari dan tradisi seperti ini selalu dilakukan setiap tahunnya.
Setelah acara pencarian telur paskah lalu dilanjutkan dengan khotbah Buhabuha ijuk ( Ibadah Subuh) yang diadakan didepan gereja. Epistel dikutip dari Psalmen 97 : 1- 6, serta dilanjutkan dengan Fraghmen paskah yang dibawakan oleh anak sekolah Minggu dengan judul “Allah adalah kasih dan Adil”.
Fragmen ini mengisahkan tentang penderitaan Yesus dikayu salib hingga kebangkitan. Fragmen ini dibawakan secara apik dengan kostum seperti mendekati aslinya.
Renungan Buhabuha ijuk (Ibadah Subuh) oleh inang Bibelvrouw Br Sinaga dikutip dari nats Alkitab Johannes 20 : 24 – 26. dalam khotbahnya Bibelvrouw mengatakan” Tuhan Yesus pada 2000 tahun yang lalu mati dan bangkit pada hari ketiga. Tetapi waktunitu murid muridnya dikuasai kegelisahan dan kehilangan harapan, karena Tuhan Yesus tidak ada lagi dihadapan mereka sebagai guru dan telah mati. Murid murid Tuhan Yesus, merasa ketakutan karena banyak pembenci Tuhan Yesus disekitar mereka dan para murid tersebut tidak percaya atas kebangkitan tersebut” katanya.
Didalam khotbahnya Bibelvrouw menambahkan ” Kita tidak boleh lagi merasa cemas tetapi harus bersuka cita dan menjalankan firman Tuhan dengan. Dengan kematian Tuhan Yesus, maut telah dikalahkan Yesus bangkit sebagai Allah untuk menghapus dosa kita, agar kita mendapatkan kehidupan yang kekal sebagai jaminan keselamatan” katanya dalam Khotbah buhabuha ijuk serta khotbah ditutup dengan doa.
Sedangkan kegiatan terakhir adalah pembagian hadiah bagi pemenang anak yang paling banyak menemukan telur paskah, Selain itu telur yang sudah matang tersebut juga dibagi-bagikan kepada semua yang hadir mengikuti kegiatan tersebut.
Untuk Diketahui mengapa Paskah identik dengan telur, kami kutip dari berbagai sumber, salah satu ciri khas dalam perayaan Paskah setiap tahun adalah tradisi menghias telur. Biasanya, tradisi ini dilakukan oleh anak-anak untuk memeriahkan perayaan Paskah.
Telur-telur tersebut biasanya sudah direbus dan dihias dengan cat beraneka warna atau diberi hiasan sesuai kreativitas anak-anak. Lalu, bagaimana sejarah telur saat perayaan Paskah.
Dilansir situs History, dekorasi telur diyakini berasal dari setidaknya abad ke-13. Telur dianggap sebagai simbol kuno kehidupan baru dan dikaitkan dengan festival pagan yang merayakan musim semi. Dari sudut pandang Kristen, telur Paskah disebut mewakili kebangkitan dan kebangkitan Yesus dari kubur.(Ronald Sihombing)















