Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Kota MedanNasionalOpiniTerbaru

Bahasa Isyarat Hadiah Terbaik Untuk Tuna Rungu.

73
×

Bahasa Isyarat Hadiah Terbaik Untuk Tuna Rungu.

Sebarkan artikel ini

Foto Istimewa.

 

SUMUT, Relasipublik — Bahasa Isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi.

Orang tuli adalah kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka.

Untuk Indonesia, ada bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) yang pengembangannya didukung oleh salah satu lembaga donatur dari Jepang yang melibatkan Chinese University of Hong Kong dan Universitas Indonesia.

Untuk Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) merupakan sistem isyarat (bukan bahasa isyarat) yang dibuat oleh orang-orang dengar tanpa melibatkan orang tuli dalam pendidikan pendidikan luar biasa. Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI)SIBI merupakan bahasa isyarat yang diadopsi dari American Sign Language (ASL).

Bahasa isyarat yang satu ini juga biasa dipakai di Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk berkomunikasi antara guru dan siswa maupun antar siswa.

SIBI sudah diajarkan kepada tuna rungu dan tuna wicara sejak mereka duduk di bangku SLB, tapi tetap saja bahasa isyarat ini dianggap lebih sulit dan susah untuk dipelajari. Bahkan, terkadang mereka yang mengalami tuli saja merasa kesulitan saat harus berkomunikasi dengan menggunakan SIBI.

SIBI dibuat oleh mantan pimpinan SLB dan dianggap sah sebagai bahasa isyarat yang dipakai di Indonesia, berbeda dengan Bahasa Isyarat Indonesia atau  BISINDO.

Bahasa yang dianggap primitif ini justru sedang diperjuangkan oleh Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN).

Alasannya sederhana karena BISINDO dianggap sebagai bahasa yang bisa mewakili budaya tuli Indonesia. Bahasa isyarat dapat membantu komunikasi antar dua  pihak yang tidak bisa dilakukan melalui kata-kata yang terucap.

Hal ini tidak terbatas pada tuna rungu atau tuna wicara, melainkan bisa juga digunakan untuk anak dengan kemampuan mendengar dan berbicara yang normal.

 

Oleh: Nora Shinta Paramitha Nainggolan.

Mahasiswi Universitas Negeri Medan
Semester VI-Fak Ilmu Pendidikan.
Jurusan Pendidikan Bimbingan Dan Konseling .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *